AI: Kawan atau Lawan? Menelaah Peran Kecerdasan Buatan di Ruang Kelas
- Senin, 25 Agustus 2025
- Administrator
- 0 komentar
- Dilihat 48 kali

AI: Kawan atau Lawan? Menelaah Peran Kecerdasan Buatan di Ruang Kelas
Oleh: Joko Prasetyo, S.Si., Guru Matematika MTsN 5 Kulon Progo
Sebagai seorang pendidik, kita terbiasa melihat perubahan. Dari kapur dan papan tulis hingga proyektor dan gawai, setiap dekade membawa inovasi yang membentuk cara kita mengajar dan murid belajar. Namun, jarang sekali kita menghadapi perubahan secepat dan sebesar kehadiran kecerdasan buatan (AI). Kehadirannya kini tak lagi bisa dihindari; ia sudah ada di ruang-ruang kelas kita, entah kita menyadarinya atau tidak. Pertanyaannya bukan lagi "apakah AI akan datang?", melainkan "bagaimana kita akan berinteraksi dengannya?".
Secara sederhana, AI adalah kawan yang menawarkan potensi luar biasa. Bayangkan personalisasi pembelajaran yang benar-benar individual. AI dapat menganalisis gaya belajar, kekuatan, dan kelemahan setiap murid secara mendalam. Ia bisa menciptakan kurikulum yang disesuaikan, memberikan materi tambahan untuk murid yang butuh pengayaan, atau menyajikan latihan repetitif bagi mereka yang kesulitan. Bagi guru, ini adalah mimpi yang jadi kenyataan. Beban administratif seperti mengoreksi tugas esai atau membuat soal-soal sederhana bisa diambil alih, membebaskan kita untuk fokus pada apa yang paling penting: membangun hubungan dengan murid dan memfasilitasi diskusi yang lebih mendalam dan kritis.
Namun, tidak bisa dimungkiri bahwa kehadiran AI juga membawa kekhawatiran yang sah. Kekhawatiran pertama adalah potensi ketergantungan. Jika murid terlalu sering menggunakan AI untuk mengerjakan tugas, bagaimana mereka akan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kreativitas mereka sendiri? Apakah AI akan membuat kita "malas berpikir"?
Kedua, ada isu etika dan privasi data. Data murid adalah hal yang sangat sensitif. Bagaimana kita memastikan bahwa data ini aman dan tidak disalahgunakan oleh pengembang AI? Kita sebagai pendidik memiliki tanggung jawab moral untuk melindungi informasi pribadi murid, dan ini menjadi tantangan baru yang harus kita hadapi bersama.
Jadi, apa yang harus kita lakukan? Menghindari AI bukanlah pilihan. Kita tidak bisa menutup mata terhadap gelombang perubahan ini. Solusi terbaik adalah beradaptasi dan berkolaborasi. Kita harus menjadi pemandu bagi murid-murid kita dalam menggunakan AI secara bertanggung jawab. Kita perlu mengajarkan mereka bukan hanya cara mencari jawaban, melainkan cara mengajukan pertanyaan yang tepat kepada AI. Kita harus mengajarkan mereka untuk menggunakan AI sebagai alat bantu, bukan sebagai jalan pintas.
Sebagai pendidik, peran kita akan bergeser dari sekadar "penyedia informasi" menjadi "pelatih berpikir kritis" dan "fasilitator kolaborasi." Kita harus mendorong murid untuk memahami bukan hanya apa yang AI katakan, tetapi juga mengapa dan bagaimana hal itu bisa terjadi. Kita harus membimbing mereka untuk melihat AI sebagai mitra dalam proses belajar, bukan sebagai pengganti kecerdasan mereka.
Pada akhirnya, AI hanyalah sebuah alat. Kekuatan sejati terletak pada bagaimana kita, sebagai pendidik, memilih untuk menggunakannya. Mari kita jadikan AI sebagai kawan yang membantu kita mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi: menciptakan generasi pembelajar yang adaptif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Bagaimana Menurut Anda? Apakah Anda setuju bahwa AI harus kita rangkul dan bukan dihindari? Menurut pengalaman Anda sebagai pendidik, orang tua, atau bahkan murid, tantangan terbesar apa yang Anda lihat dalam mengintegrasikan AI di sekolah?